Pemegang Saham Bank Dbs Indonesia
Komisaris dan Direksi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Didirikan pada 1989, dan menjadi bagian dari kelompok usaha DBS Group di Singapura, PT Bank DBS Indonesia merupakan salah satu bank yang telah berdiri lama di Asia. Dengan 44 cabang dan 1.600 karyawan aktif di 11 kota besar di Indonesia, Bank DBS Indonesia menyediakan layanan perbankan menyeluruh untuk korporasi, usaha kecil dan menengah (SME), dan aktivitas perbankan konsumen. Diakui sebagai “Best Wealth Manager in Indonesia” oleh The Asset dan “Best Foreign Exchange Bank in Indonesia” oleh Global Finance, DBS Indonesia juga merupakan penerima predikat ‘Sangat Baik’ untuk kategori Aset Rp50 Triliun sampai dengan di bawah Rp100 Triliun dari Infobank. Pada tanggal 10 Februari 2018, Bank DBS Indonesia mengambil alih bisnis Retail dan Wealth dari Bank ANZ Indonesia.[1][2]
Berdiri sejak 1989, dengan nama PT Bank Mitsubishi Buana, yaitu joint-venture antara The Mitsubishi Bank Ltd dan PT Bank Buana Indonesia.[3] Saham The Mitsubishi Bank Ltd di bank ini diambil oleh DBS Bank Ltd pada 1997[3] dan menjadi PT Bank DBS Buana.[3] Baru pada 2000 menjadi PT Bank DBS Indonesia[3] setelah PT Bank Buana Indonesia melepas sahamnya.
Bank Nusa Tenggara Timur (NTT) akan menandatangani perjanjian pemegang saham atau Share Holder Agreement (SHA) dengan Bank Jatim. Hal itu dilakukan untuk memenuhi modal inti minimum (MIM) sebesar Rp 3 triliun hingga akhir Desember 2024.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Japarman Manalu mengatakan Bank Jatim akan melaksanakan Rapat Umum Luar Biasa (RUPS LB) untuk membahas KUB bersama Bank NTT pada Rabu (11/12/2024).
"Kalau tidak ada perubahan maka pada 16 Desember 2024 ini akan dilaksanakan penandatangan SHA," terang Japarman dalam kegiatan Media Gathering di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Selasa (10/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, kata Japarman, modal inti Bank NTT baru mencapai Rp 2,3 triliun. Maka masih membutuhkan sekitar Rp 600 miliar untuk memenuhi modal inti minimum.
"Untuk saat ini Bank NTT sangat sehat. Modal inti yang tidak mencapai Rp 3 triliun, maka akan memengaruhi kemampuan bank untuk menggaji karyawan dan menuntut profesionalisme pengurusnya," katanya.
Japarman menyebut saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia hampir semua BPD mengalami dampak negatif. Hal ini juga dialami oleh Bank NTT. Dengan dukungan Bank Jatim, Bank NTT memiliki peluang besar untuk selamat dan tetap menjadi kebanggaan Nusa Tenggara Timur.
"Jika kesepakatan ini tercapai, Bank NTT diproyeksikan mampu keluar dari ancaman turun status menjadi BPR," tambahnya.
Menurutnya, COVID-19 sempat menekan laba Bank NTT akibat meningkatnya kredit bermasalah. "Oleh karena itu, diperlukan langkah antisipatif untuk memitigasi risiko kredit yang tidak tertagih di masa mendatang," urai Japarman.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan Bank NTT, diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik dan tetap menjadi bank kebanggaan masyarakat NTT.
Bank Kustodian dan Perantara Pedagang Efek yang menjadi bagian dari program Dana Perlindungan Pemodal.
Pemda DKI Jakarta masih bertindak sebagai pemegang saham utama, namun total kepemilikan sahamnya 72% saham Ancol, PT Pembangunan Jaya memiliki 18,01% dan publik memiliki sisanya sebesar 9,99%.
PT Multipolar Technology Tbk
Kantor Operasional 1Boulevard Gajah Mada No. 2025Lippo Cyber Park, Lippo VillageTangerang 15811
Kantor Operasional 2Sopo Del Office Tower & LifestyleTower B Lantai 18Jl. Mega Kuningan Barat III, Lot 10, 1-6Kawasan Mega KuninganJakarta 12950
T : +6221 55 777 000 F : +6221 2911 0270
DBS dinobatkan sebagai Bank Terbaik di Dunia oleh majalah Euromoney
Bank pertama di dunia yang memperoleh tiga penghargaan sekaligus sebagai bank terbaik di dunia
Didirikan pada 1989, dan menjadi bagian dari kelompok usaha DBS Group di Singapura, PT Bank DBS Indonesia merupakan salah satu bank yang telah berdiri lama di Asia. Dengan 44 cabang dan 1.600 karyawan aktif di 11 kota besar di Indonesia, Bank DBS Indonesia menyediakan layanan perbankan menyeluruh untuk korporasi, usaha kecil dan menengah (SME), dan aktivitas perbankan konsumen. Diakui sebagai “Best Wealth Manager in Indonesia” oleh The Asset dan “Best Foreign Exchange Bank in Indonesia” oleh Global Finance, DBS Indonesia juga merupakan penerima predikat ‘Sangat Baik’ untuk kategori Aset Rp50 Triliun sampai dengan di bawah Rp100 Triliun dari Infobank. Pada tanggal 10 Februari 2018, Bank DBS Indonesia mengambil alih bisnis Retail dan Wealth dari Bank ANZ Indonesia.[1][2]
Berdiri sejak 1989, dengan nama PT Bank Mitsubishi Buana, yaitu joint-venture antara The Mitsubishi Bank Ltd dan PT Bank Buana Indonesia.[3] Saham The Mitsubishi Bank Ltd di bank ini diambil oleh DBS Bank Ltd pada 1997[3] dan menjadi PT Bank DBS Buana.[3] Baru pada 2000 menjadi PT Bank DBS Indonesia[3] setelah PT Bank Buana Indonesia melepas sahamnya.